BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
Whenever you knock me down, i will not stay on the ground (Justin Bieber-Never Say Never)

Sunday, January 24, 2010

Pasta Gigi dari Cina

Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi. Pasta yang baik haruslah bersifat:
1. Ketika digunakan untuk sikat gigi, dapat menghilangkan partikel-partikel asing, substansi makanan, plak dan membersihkan gigi.
2. Haruslah tidak bersifat toksik, memiliki rasa yang menyenangkan dan meninggalkan mulut dalam keadaan segar setelah penggunaannya.
Sebuah pasta gigi pada umumnya tersusun atas :
1. Agen Polishing (penggosok).
Merupakan salah satu bahan terpenting pasta gigi yang berfungsi untuk menghilangkan partikel makanan yang menempel pada gigi dan juga membantu menghilangkan diskolorisasi pada gigi. Pada umumnya, hampir separuh dari total berat pasta gigi adalah agen ini. Agen yang sering digunakan adalah : kapur presipitasi, trikalsium fosfat, alumunium fosfat, magnesium trisilikat, dll.
2. Agen Moistener (pelembab).
Biasanya ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk menghindarkan terjadinya pengeringan dan pengerasan pasta. Yang sering digunakan adalah : gliserin, sorbitol, propilen glikol, dll.
3. Agen deterjen dan foaming (pembuat busa).
Berfungsi untuk membantu aksi agen polishing dengan membasahi gigi dan partikel makanan yang tertinggal di gigi juga berfungsi untuk mengemulsikan mukus (lendir). Bahan deterjen yang paling sering digunakan adalah : sodium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat.
4. Agen pengikat.
Agen ini sangat esensial untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan pasta. Yang lazim digunakan adalah :
- Pati (Starch).
- Gum tragacanth.
- Sodium alginat (Manucol SA).
- Modified Irish Moss (Sangat bagus dan menjadikan pasta sangat stabil).
- Sintetik seperti : Propilen glukol.
5. Pemanis.
Untuk memberikan rasa manis pada pasta. Yang sering digunakan adalah sakarin dengan konsentrasi antara 0.1 รข€“ 1.3 %. Gula juga dapat digunakan namun sayangnya cenderung mengkristal.
6. Flavour (Pemberi rasa).
Untuk memberikan aroma atau rasa pada pasta dan menghindarkan terjadinya rasa eneg atau mual. Selain itu juga untuk menambah kesegaran pasta. Yang sering digunakan adalah minyak peppermint.
7. Pengawet.
Bahan pengawet haruslah bersifat non toksik dan berfungsi untuk menjaga struktur fisik, kimiawi dan biologi pasta. Misalnya adalah sodium benzoat atau sodium hidroxibenzoat.

Dilihat dari komposisi pasta gigi di atas, dapat kita ketahui bahwa salah satu bahan yang terkandung dalam pasta gigi adalah gliserin. Gliserin merupakan senyawa kimia yang dibuat dari hidrolisis lemak atau minyak yang berasal dari hewan yang diolah dengan teknologi pemisahan dan ekstraksi. Dapat juga diperoleh dari tumbuhan (lemak nabati), juga dari sintetik kimia yang berasal dari gas propilena (minyak bumi) atau produk mikrobial. Terkadang, dengan alasan harganya murah, produsen pasta gigi memakai gliserin dari lemak babi. Padahal, penggunaan babi dalam Islam sangat dilarang. Sebagaimana diungkapkan shahabat Jabir r.a., bahwa Rasul pernah berkata: "Allah mengharamkan penjualan (dan pembelian) arak, bangkai, dan babi". Seorang shahabat bertanya: "Ya Rasulullah, bagaimana dengan lemak babi? Ia dapat digunakan untuk mengecat perahu, menghaluskan kulit dan digunakan pula untuk penerangan (lampu)". Beliau menjawab: "Allah melaknat orang-orang Yahudi. Allah mengharamkan mereka makan lemak babi, tetapi mereka mengumpulkannya lalu menjualnya dan makan harganya". (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Ashabussunan).
Parahnya lagi, ada produsen pasta gigi yang mengganti gliserin dengan dietilen glikol yang sangat berbahaya. Seperti pada penemuan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Makassar, yaitu tiga jenis pasta gigi yang diproduksi oleh perusahaan dari Cina, Shanghai White, yaitu Maxam Fluoride kemasan hijau, Maxam Fluoride Spirmint, dan Shankezen Green.
Dietilen glikol merupakan senyawa organik dengan rantai HO-CH2-CH2-O-CH2-CH2-OH. Senyawa ini bisa menurunkan titik beku pelarutnya dengan mengganggu pembentukan kristal es pelarut. Dietilen glikol juga dapat meningkatkan titik didih pelarutnya dengan menghalangi molekul-molekul pelarut saling bertumbukan dan dengan demikian mengurangi tekanan uap pelarutnya. Sifat yang kedua inilah yang membuat dietilen glikol cocok untuk dijadikan bahan pendingin mesin di daerah tropis.

dietilen glikol dapat diperoleh dengan reaksi di bawah ini.

C2H4O + C2H4(OH)2 C4H8 (OH)2

Sedangkan gliserin/gliserol/1,2,3-propanatriol adalah sejenis trihidroksi alkohol turunan lemak yang diperoleh dari hasil samping dalam pembuatan sabun melalui hidrolisis lemak. Cara pembuatan sabun yaitu dengan menghidrolisis triasilgliserol dengan air di bawah suhu dan tekanan yang tinggi (700 lb/in.2 dan 200C). lalu, sitambahkan sodium karbonat untuk menetralkan asam lemak hasil hidrolisis triasilgliserol. Proses tersebut ditunjukkan pada skema di bawah ini.

R-COO-CH2 H2C – OH
R-COO-CH + 3 NaOH 3 R-COO-Na + HC – OH
R-COO-CH2 H2C – OH
ester triglyserida caustic soda Na stearat (sabun) glyserin

Gliserin berbentuk cair dan rasanya manis. Gliserin memiliki rantai HO-CH2-CH-(OH)-CH2-OH, mirip dengan rantai dietilenglikol. Gliserin berfungsi sebagai humectants (pelembab) sehingga pasta gigi selalu basah dan tidak cepat mengering di udara bebas. Kekentalan pasta gigi juga merupakan sifat yang berasal dari gliserin. Gliserin amat penting untuk memperoleh kehalusan, viskositas, dan kilauan yang diinginkan dalam pasta gigi. Semua fungsi tersebut berhubungan dengan gugus -OH pada gliserol. Ketiga gugus polar -OH pada molekul gliserol dapat mengikat molekul air dari udara melalui ikatan hidrogen. Akibatnya, gliserol bersifat higroskopis, yaitu memiliki kemampuan untuk mengikat uap air dari udara. Inilah mengapa gliserin sering digunakan sebagai pelembab.

Atas dasar rantai yang mirip dan sifat keduanya yang sama-sama dapat menjaga kekentalan pasta gigi, produsen Cina tanpa pikir panjang mengganti gliserin pada pasta gigi dengan dietilen glikol. Pertimbangan lainnya adalah harga dietilen glikol lebih murah daripada gliserin sehingga keuntungan yang didapat bisa lebih besar. Padahal, pemakaian dietilen glikol yang terus menerus dapat menyebabkan keracunan hingga berujung pada kematian. Selain itu, dietilen glikol juga menyebabkan kanker, juga dapat merusak saraf mata.
Pada Juni 2007, Pemerintah Amerika melaporkan penemuan dietilen gikol pada pasta gigi Colgate tiruan yang diimpor dari Cina. Penemuan inilah yang kemudian memicu kewaspadaan masyarakat dunia, termasuk Indonesia terhadap produk buatan Cina.
Sangat tidak pantas seorang produsen mengganti bahan baku seenaknya dengan alasan harga yang lebih murah, tanpa memikirkan keamanan produknya bagi konsumen. Dalam hal ini, mestinya produsen tidak mengganti gliserin dengan dietilen glikol. Namun, gliserin yang digunakan mestinya tidak dari lemak babi yang haram hukumnya bagi umat Islam. Produk itu mendunia sehingga komposisinya juga harus menduniadapat diterima oleh semua lapisan konsumen. Gliserin dapat diambil dari lemak nabati, seperti kelapa sawit, biji nyamplung, dan biji kemiri. Gliserin juga terdapat dalam susu kambing. Mungkin harganya akan sedikit berbedanaik. Namun, itu jauh lebih baik daripada terus menggunakan produk yang tidak halal.

Sumber :
Antony C. Wilbraham and Michael S. Matta. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung : Penerbit ITB, 1992
Bradshaw, Jerald S., dkk. Aza-Crown Macrocycles. Utah : Department of Chemistry Brigham Young University, 1993
Hein, Morris, dkk. College Chemistry : An Introduction to General, Organic, and Biochemistry 3rd ed., California : Brooks/Cole Publishing Company, 1984

Anonim, “Permen dan Pasta Gigi Berbahaya”, 2007, http://forumm.wgaul.com/showthread.php?t=63008. (Diakses 23 Desember 2009).
Anonim, “Rambut Windy Kembali Tebal”, 2006, http://202.146.5.33?ver1? Kesehatan/0609/13/003710.htm (Diakses 23 Desember 2009).
Iskandar, Silvya, “Zat-zat Berbahaya Dalam Produk-produk Cina (bagian 1)”, 2007, http://www.chem-is- try.org/artikel_kimia/berita/zat_zat_berbahaya_dalam_produk_produk_cina_bagian_1/ (Diakses 23 Desember 2009).
Oktaviany, Shinta C., “Body Lotion”, 2009, http://id.netlog.com/damara_2325/blog/blogid=1288 (Diakses tanggal 23 Desember 2009).
Sifa, “Halalkah yang ada disekitar Mu?!”, 2008,
http://s1fa.wordpress.com/2008/05/23/halalkah-yang-ada-disekitar-mu/ (Diakses 23 Desember 2009).

http://madja.wordpress.com/2007/12/20/primsip-proses-produksi-sabun/

Saturday, January 2, 2010

Kerapatan dan Berat Jenis

Ahli farmasi seringkali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi; yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif.
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4 atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25/25, 25/4, dan 4/4. angka yang pertama menunjukkan temperatur udara dimana zat ditimbang, angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25/25 untuk menyatakan berat jenis.
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika, dan farmasi.
Bobot jenis zat cair
Metode Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (6).
Neraca Mohr Westphal dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas tua dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujum jarum D tepat pada jarum T (5).
Densimeter merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera (5).
Bobot jenis zat padat
Menurut defenisi kerapatan :
Dapat ditentukan pada volume V suatu bentuk pada dengan menimbangan massa m. Volume V dengan permukaan bentuk teratur dapat dihitung dari bentuk geometrisnya. Untuk penentuan kerapatan bentuk pdata yang volumenya tidak teratur, V dapat ditentukan melalui pendesakan volume cairan (6)

sumber :
Buku Farmasi Fisik Alfred Martin, dkk.
http://rgmaisyah.wordpress.com/2009/04/25/bobot-jenis-dan-rapat-jenis/