BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
Whenever you knock me down, i will not stay on the ground (Justin Bieber-Never Say Never)

Sunday, August 29, 2010

Daur Ulang : Sampah, Lagu, dan… MAKANAN!!!


Ternyata nggak cuma sampah dan lagu yang bisa didaur ulang. Makanan pun bisa. Sisa-sisa makanan di hotel maupun restoran diolah kembali menjadi makanan “baru” yang siap jual. Caranya? Sesuai laporan Metrotvnews.com tahun 2008, begini caranya. Pertama-tama, sampah basah hotel dan restoran dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diletakkan dalam tempat sampah ataupun kontainer sampah hotel. Pada malam hari, sampah-sampah tersebut kemudian diambil petugas kebersihan. Petugas kebersihan lalu membawa sampah sisa hotel dan restoran ke tempat penampungan sampah. Di tempat penampungan sampah inilah, pemulung mengorek kantong plastik dan memisahkan sisa daging sapi, daging ayam, sisa sosis dan sisa bakso. Sisa daging dari hotel dan restoran ini lalu dikumpulkan dan dijual ke pengepul. Daging sisa tersebut dikumpulkan pengepul untuk dijual ke pengolah seharga Rp 75 ribu hingga Rp 125 ribu per kantong plastik. Pengolah kemudian mencuci dengan formalin sisa daging, bakso dan sosis. Bahan-bahan tersebut kemudian direbus dan digoreng, lalu diberi pewarna, dikemas dan siap diedarkan ke pasar-pasar tradisional untuk bisa dijual ke konsumen. Makanan daur ulang ini banyak diminati masyarakat karena harganya murah. Makanan jenis ini dijual seharga Rp 3.000 hingga Rp 8.000 per kantong plastik.
Kenapa bahaya? Pemberian bahan kimia dilakukan para pelaku untuk mempertahankan bentuk dan warna segar pada makanan. Agar makanan tetap segar bentuk dan warnanya, para pelaku biasanya menambahkan bahan kimia seperti formalin maupun zat pewarna tekstil. Padahal, formalin yang dikonsumsi dalam jangka pendek dapat menyebabkan keracunan dan pada jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Sedangkan zat pewarna tekstil dalam makanan dapat menyebabkan kerusakan otak, bahkan kematian.
-Pelbagai sumber





Makanan Enak dan Murah? Jangan-Jangan Hasil Daur Ulang!

Salah satu contoh makanan daur ulang itu adalah “gulai ikan kakap” yang dijual oleh seorang pedagang rempeyek keliling. Tentu saja ini bukan gulai ikan kakap biasa. Di dalam “kakap” itu ada buntut, babat, daging, limpa, sosis dan ikan (ikannya, ikan apa tidak diketahui). Si gulai ikan kakap ini juga cepat bau dan baunya tidak hilang walau sudah dipanaskan. Demikian pengalaman pribadi seseorang yang saya baca di blog.
Contoh lainnya, saya dapatkan dari blog lain. Setusuk ampela ayam yang dibeli si penulis dari seorang pedagang nasi kucing, ternyata dijual dalam keadaan sudah berjamur.

Selain itu, belakangan ini banyak pula biskuit yang sudah berjamur dan berulat, diolah kembali menjadi makanan bodong dan dijual ke sekolah-sekolah.
Pertanyaannya adalah… apakah kita sama dengan binatang yang perutnya tahan dengan makanan-makanan busuk? Dari sini ke depan, kita harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Perhatikan apakah ada jamur atau tidak. Patut dicurigai pula kalau ada makanan yang seharusnya mahal tiba-tiba dijual dengan harga yang sangat amat murah. Hikmah lainnya yang perlu diperhatikan adalah… jangan suka membuang-buang makanan. Makanlah sampai habis sehingga tidak ada makanan sisa, dan tidak ada daur ulang. 
Pelbagai sumber









Wednesday, August 4, 2010

Saya Galau. Hahah

Aku nggak tahu perasaan apa ini. Semua yang aku inginkan menjadi kabur. Aku bahkan nggak tahu apakah aku benar-benar menginginkan apa-apa yang sekarang sudah kudapat atau tidak. Terkadang alasanku tak begitu kuat untuk menjelaskan mengapa aku harus dapatkan ini, dapatkan itu. Aku seakan-akan mati rasa. Aku bahkan tak dapat lagi membaca perasaanku sendiri. Apa ini karena rasa ketakutanku lebih besar daripada antusiasmeku untuk mencapai sesuatu? Aku sungguh takut semua yang telah kudapatkan hilang karena alasan-alasan yang tak bisa kumasukkan ke akal sehatku. Seandainya bisa pun akan tetap tak rela. Apa semua manusia yang umurnya 18 tahun merasakan ini? Oh, sungguh tak enak.

Aku juga mengkhawatirkan masa depanku. Berkali-kali bapak bilang, "nanti kamu bikin obat, bapak bukakan pabriknya buat kamu." Bukannya senang, aku malah tegang. Aku percaya bapak bisa. Namun, bagaimana dengan aku? Bahkan aku tidak bisa menerka apakah aku akan bisa atau tidak. Kalau ingat masa depan, aku terlalu takut akan tercampak kesana-kemari. Sulit dibayangkan, bersaing dengan sekian juta sarjana di luar sana untuk mendapatkan sebuah posisi. Tiap kali mengingat hal itu, aku ingin selamanya menjadi mahasiswa, makhluk paling bebas yang pernah ada. Sayangnya, itu tidak mungkin. Orang-orang di sekelilingku sudah semakin menua. Ayahku, tak setegap dulu. Ibuku, wajahnya tak lagi mulus seperti dulu. Tetangga dekat rumahku, ubannya semakin banyak saja dibanding saat terakhir aku melihatnya. Guru bahasa Inggrisku, semakin lelah saja wajahnya. Mereka bisa melaluinya. Dan lambat laun, aku pun akan menghadapi hal yang sama. Orang-orang tua itu, perannya akan digantikan oleh anak-anaknya. Terkadang aku tak rela melihat mereka semakin menua. Aku ingin tetap pada posisi ini : aku sebagai anak, mereka sebagai orang tua. Namun, Tuhan-lah yang punya semuanya. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan waktu.

Bandingkan dengan dahulu. Aku begitu percaya diri dengan kemampuanku, dengan semua yang sudah kudapat. Aku yakin sekali dimana posisiku. Bahkan aku dapat berpikir jernih menggunakan hati. Oh, sejak kapan penurunan ini terjadi?

Haah, sepertinya aku harus berdiam dan memikirkan lagi, untuk apa aku hidup. Aku harus melihat lagi tujuan hidupku dengan jelas, kali ini lebih jelas dari yang sudah-sudah. Apa-apa yang harus diperjuangkan, dan apa-apa yang harus dibiarkan berjalan dengan sendirinya. Bahwa Tuhan disana mengawasiku, membolak-balik hatiku, dan setelah itu... dia akan menunjukkan kuasa-Nya dan memberikan yang terbaik untukku. Harus aku pikirkan, sebelum terlambat. Karena sekarang pun, semangat hidupku rasanya mulai menyusut dalam kebingungan.