BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
Whenever you knock me down, i will not stay on the ground (Justin Bieber-Never Say Never)

Tuesday, December 13, 2011

Pindahaaaan

Blog saya pindah ke www.ikakusumaningarum.wordpress.com

Friday, August 19, 2011

Dear Ega,

Langsung ke topik aja ya Ega...

Kamu tahu, pas terakhir kita ketemu dan tahu kamu merokok, hatiku hancur rasanya (halah, lebay). Tapi beneran, aku sedih lho. Bukannya aku malu kamu merokok pas kita lagi ketemuan. Demi apapun, aku nggak pernah malu menerima apa adanya sahabatku. Yang membuatku sedih adalah bahwa aku ini anak Farmasi yang tahu banyak tentang rokok, tapi sahabatku sendiri merokok. Dan satu lagi yang membuatku sedih, yaitu aku ngga bisa ngomong langsung soal ini ke kamu waktu itu karena ngga mau kamu sakit hati atau salah paham dengan maksudku. :(

Aku tahu hidup kamu berat (ya sebenernya aku nggak pernah merasakan hidupmu sih), tapi di dunia ini masih ada banyak banget jalan selain rokok Ga. Misalnya, ketika masalah datang, ambil air wudhu, shalat, baca qur'an. Atau yang paling gampang deh, kalo lagi ada masalah, tidur aja, atau baca komik, atau nonton film. Aku nggak mau sahabat aku sendiri mati pelan-pelan digerogoti rokok. Tau nggak, salah satu akibat merokok tuh mandul lho Ga! Emangnya kamu mau nggak punya anak nanti? Selain mandul, rokok juga bisa bikin sakit paru-paru. Aku pernah lihat paru-paru orang yang suka merokok, lihat di fakultas Kedokteran. Paru-parunya mengecil lho! ngeri banget. Ckck. Emangnya kamu mau orang-orang repot gara-gara kamu sakit nanti? Nggak kan. Belum lagi uang yang harus dikeluarkan. Ya aku tau sih kamu nggak bermasalah soal uang. Tapi kalo diitung-itung nih ya. Kalo sehari kamu beli rokok 13 ribu, berarti sebulan bisa 390 ribu ya? Dan itu nggak berbekas. Puntung rokok selalu dibuang kan? Bukannya uang segitu lebih baik ditabung buat masa depan atau buat beli komik, atau buat beli buku, atau buat apalah yang lebih penting daripada rokok.

Aku yakin kok kamu bisa berhenti merokok. Soalnya ada bukti nyatanya. Bapak aku dulu perokok lho, sejak muda. Baru pas aku SD dia berhenti. Dan berhasil. Sampe sekarang dia nggak pernah merokok lagi tuh. Ya seperti yang kita udah tau, kalo ada niat, pasti ada jalan. Tinggal kamunya aja, mau apa nggak.

Mungkin setelah membaca tulisan ini kamu akan menganggapku sok tahu atau apa. Ya, aku akui aku emang nggak pernah tahu gimana rasanya ditinggal sama salah satu anggota keluarga. Aku juga nggak pernah mengalami apa-apa yang kamu udah alami selama hidup. Mohon maaf juga kalo kamu pikir aku ikut campur urusan kamu. Aku juga nggak bermaksud mendikte atau mengendalikan hidup kamu. Tapi yang aku tahu, aku nggak bisa membiarkan sahabat yang aku sayangi mati perlahan-lahan karena rokok tanpa memperingatkannya sama sekali. Dan tentu saja keputusan ada di tangan kamu. Kamu berhenti merokok atau nggak aku tetep sahabat kamu kok :)

Semoga kamu mempertimbangkan isinya, buat orang-orang yang sayang sama kamu, buat keluarga kamu, buat aku dan Retno juga.

With love, Ika :)

Monday, August 1, 2011

TARAWIH

Berbeda dengan hari kemarin, hari ini aku tarawih di masjid Pusintel TNI, Berlan. Masjid ini jauh lebih nyaman berkali-kali lipat dibandingkan dengan masjid tempat aku tarawih kemarin, yaitu masjid Al-Mabrur. Pertama, masjid ini berupa ruang tertutup dan full AC. Jadi, suara dari luar nggak akan bisa terdengar dari dalam masjid. Beda banget sama Al-Mabrur yang pintu masjidnya selalu terbuka. Terus di depannya banyak anak-anak main petasan. Di dalemnya para jamaah masing-masing buka mulut dan ngobrol, baik yang penting maupun nggak penting. Al-Mabrur berisik banget. Kedua, masjid ini mungil. Jamaah yang datang pun nggak sebanyak di Al-Mabrur. Dan yang membuat aku salut adalah, para jamaah saling bersalaman saat baru masuk dan saat akan keluar masjid. Aku jadi merasa hangat disana. Subhanallah. Beda banget sama di Al-Mabrur. Karna jamaahnya udah kebanyakan kali yah, jadinya datang dan pergi ya datang dan pergi aja, tanpa senyum, tanpa bersalaman. Ketiga, interior mesjid ini subhanallah bagus banget. Kubahnya di bagian dalamnya dilukis langit dan awan-awan. Lampunya lampu kristal yang terlihat mewah. Sajadahnya nggak bau. Suasana di dalam masjid harum. Wah, konsentrasi penuh banget deh shalat disana, nyaman. Beda banget sama Al-Mabrur yang jarang aku rasakan keindahan interiornya lantaran aku selalu nggak dapet tempat di dalam dan akhirnya selalu shalat di beranda masjid.

Tapi sebagus-bagusnya mesjid, ada kurangnya juga tetep. Ini berasal dari jamaahnya sih. Jamaahnya pada bawa sajadah yang selebar-lebar apaan tau. Aku bingung kenapa harus pake sajadah sebesar itu. Lebih dasar lagi, aku bingung kenapa harus menggelar sajadah milik pribadi. Padahal di mesjid itu sudah disediakan sajadah yang cukup untuk semua jamaah. Buat apa sih mereka pada bawa sajadah? Pamer, bagus-bagusan sajadah? Atau sajadah milik masjid bau? nggak ah, wangi kok. Aku sendiri sejujurnya juga bawa sajadah, tapi ngga aku keluarin, cukup pake sajadah masjid aja. Satu-satunya tujuan aku bawa sajadah adalah buat jaga-jaga kalau-kalau masjidnya penuh dan aku harus sholat di beranda masjid sehingga harus pake sajadah sendiri. Itu aja.

PKM? Nggak lagi deh, makasih

Aku sedang libur, tapi kayak nggak libur. Tiap hari aku dihantui SMS Ellsya soal PKMP. Ada aja pertanyaannya. Proposalnya udah dikirim apa belom lah. Yang bisa ikut workshop dari kelompokku siapa lah. Suruh konsultasi sama mbak Kiki lah. Padahal, sesuai kesepakatan, tanggal 30 Juli adalah hari terakhir ngurusin PKM dan selebihnya libur puasa. Yeah, mungkin aku kekanak-kanakan. Ini kan emang tanggung jawabku sebagai salah satu anggota Profetik: ikut PKM. Aku nggak seharusnya mengeluh.

Sempat terpikir olehku untuk mengundurkan diri dari PKMP kali ini. Tapi ya gimana, aku ketuanya sih. Masa ketuanya kabur? Anak buahnya gimana nanti?

Aku juga sempat berpikir untuk ngerjain PKMP ini seadanya aja, artinya, nggak usah serius-serius amat. Tapi aku berpikir lagi. Di kelompokku ini, ada adik angkatanku, Muhaya dan Wahyu. Kamu pikir apa tujuan mereka ikut PKMP? Tentu saja untuk mencari pengalaman melakukan penelitian. Kalo aku nggak serius, proposal PKMP kami nggak akan bisa lolos kualifikasi dan nggak akan didanai oleh Dikti untuk melakukan penelitian. Itu artinya aku mengorbankan adik angkatanku karena membuat mereka menjadi tidak mendapat pengalaman baru ikut penelitian. Oke, jadi intinya, untuk PKMP kali ini, aku akan kerjakan dengan serius, aku janji. Tapi ngerjainnya nanti, abis lebaran. Soalnya ada satu misi yang JAUH LEBIH PENTING yang mau aku kerjain selama Ramadhan ini.

Masalah lainnya adalah Hibah Penelitian. Ini lomba juga, sejenis PKMP. Tapi yang ini udah lolos dan udah dapat dana untuk penelitian. Penelitiannya pun sudah berjalan 10%. Nah, rencananya, teman-teman sekelompokku yang sangat bersemangat itu mau ngerjain penelitian Hibah ini nanti, pertengahan bulan Ramadhan. Sialan banget kan. Dia pikir beli tiket bisa pake daun apa?! Untuk masalah ini, sempat pula terpikir untuk mengundurkan diri. Tapi gimana ya, udah setengah jalan sih. Kalo aku mengundurkan diri, itu berarti tiap Dikti melakukan monitoring, kelompok Hibah ini nggak akan lengkap personilnya. Itu mengurangi nilai. Dan itu artinya aku mengorbankan teman-teman sekelompok Hibahku.

Well, aku benar-benar nggak boleh kekanak-kanakan. Aku mau berhenti, tapi nggak mau mengorbankan siapapun. Kalau ada orang yang aku korbankan, lebih baik aku nggak jadi berhenti dan melanjutkan saja sampai selesai.

Untuk ke depannya, aku nggak akan mau ikut PKM lagi. Toh pengalaman PKM ku juga udah banyak. PKM-GT dan PKMP ku udah pernah lolos dan didanai kok, masing-masing sekali. Dan itu menurut aku udah cukup sebagai pengalaman. Pengalaman kan nggak harus diulang-ulang. Itung-itung, kasih kesempatan lah ke yang lain. Aku ingin cari pengalaman di bidang lain, misal: menjadi guru privat di suatu lembaga bimbel. Aku juga nggak mau ikut Hibah Penelitian lagi ah. Kan udah pernah keterima tuh, udah cukup itu. Stop PKM, Hibah, dan sejenisnya! Cari ladang baru! Yeah!

Thursday, July 28, 2011

Belajar Kimia Analisis

Uji Grubbs


H0 = data tersebut BUKAN outlier, semua pengukuran berasal dari populasi yang sama

G = (suspect value - nilai rata-rata) / SD
*suspect value-nilai rata-rata --> nilai mutlak

Jika G hitung > G kritik,, maka H0 DITOLAK --> sistematic error
Jika G hitung < G kritik,, maka H0 DITERIMA --> random error

taraf kepercayaan = 95%

Uji Dixon

H0 = data tersebut BUKAN outlier, semua pengukuran berasal dari populasi yang sama

G = (suspect value - nilai yg paling mendekati) / (nilai tertinggi - nilai terendah)
*(suspect value-nilai rata-rata) dan (nilai tertinggi - nilai terendah) --> nilai mutlak

Jika G hitung > G kritik,, maka H0 DITOLAK --> sistematic error
Jika G hitung < G kritik,, maka H0 DITERIMA --> random error

taraf kepercayaan = 95%

Sample Preparation

Kesalahan dalam analisis 80% berasal dari SAMPLE PREPARATION dan 20% berasal dari pengukuran sampel.

Tahap-tahap sample preparation:

1. Pengambilan sampel
Sampel harus bersifat representatif dan diambil secara random

2. Penyimpanan sampel

3. Pra-perlakuan sampel

Pra-perlakuan sampel

1. Analisis langsung --> jika sampel homogen

2. Ekstraksi padat cair --> mengambil zat padat menggunakan zat cair

3. Ekstraksi cair-cair

4. Ekstraksi fase padat

3 dan 4 --> mengurangi adanya gangguan dalam matriks sampel yang dianalisis

Pemekatan dibutuhkan jika jumlah sampel terlalu kecil.

Analisis Volumetri/Titrimetri

Adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada volume titran yang digunakan.
Titik ekivalen terjadi saat semua sampel TEPAT HABIS bereaksi. Pada titik ekivalen idealnya ada suatu indikator yang dapat menandakan bahwa sampel sudah habis berekasi. Adanya kelebihan titran merupakan suatu kesalahan titrasi (titration error).

syarat-syarat titrasi:
1. Cepat --> asam yang sangat lemah tidak memenuhi syarat nomor 1 ini
2. Reaksinya sederhana dan dapat digambarkan dengan persamaan reaksi --> tidak membentuk banyak produk
3. Harus ada perubahan saat titik ekivalen tercapai
4. Jika syarat nomor 3 tidak terpenuhi, harus menggunakan indikator

Kelebihan:
1. Teliti 1 dalam 1000 (0,1% --> presisi)
2. Alat sederhana, cepat, tidak menjemukan dan berulang-ulang

Yang digunakan untuk mengambil cairan dengan volume tertentu:
- buret
- labu takar
- pipet ukur
- pipet volume
- mikropipet
dari atas ke bawah: prioritas makin tinggi. Gelas ukur TIDAK BOLEH digunakan untuk mengambil suatu cairan dengan volume tertentu.

BURET

Buret dibaca 1/10 dari skala terkecil. Buret memiliki skala bermacam-macam, diantaranya skala 0,1; 0,01; 0,02; dan 0,05.

Contoh: skala 0,1 --> 1/10 nya adalah 0,01 (tiga angka dibelakang koma)

Skala 0,01 --> 3 angka di belakang koma --> 0;1;2;....;9
Skala 0,02 --> 3 angka di belakang koma --> 0;2;4;6;8
Skala 0,05 --> 3 angka di belakang koma --> 0;5

12,25
2 = cartain number
5 = uncertain number

Penggunaan volume titran disarankan 20-80% dari volume buret untuk memperkecil kesalahan titrasi dan kapasitas buret. Misalnya jika volume buret 50 ml, maka disarankan volume titrannya sebesar 10-40 ml. Jadi, harus orientasi dulu sebelum melakukan percobaan. ^^

Titrasi Langsung

Titrasi dimana analit langsung dititrasi dengan larutan baku

Titrasi Tidak Langsung

Digunakan ketika reaksi berlangsung dengan tidak cepat. Contoh: titrasi asam yang sangat lemah. Caranya:
1. Analit direaksikan dengan NaOH berlebih
2. Kemudian analit habis bereaksi dengan NaOH
3. NaOH sisa dititrasi dengan HCl
4. Dilakukan titrasi blangko (NaOH dengan HCl, tanpa analit)
5. NaOH yang bereaksi dengan sampel = HCl blangko - HCl titrasi sampel

Titrasi kembali TIDAK SAMA dengan argentometri.


Tuesday, July 19, 2011

JAKARTA

Jakarta. Kota yang wah banget bagi sebagian orang yang tinggal di luar Jakarta. Tapi jika anda belum pernah ke Jakarta, saya sarankan untuk JANGAN DATANG KESINI DAN MEMBUAT KOTA INI SEMAKIN SESAK! Percayalah, kota ini nggak ada bagus-bagusnya. Apapun pekerjaan anda, kemungkinan anda untuk mati konyol di kota ini sangat besar. Berikut kemungkinan-kemungkinan tersebut.
1. Mati karena disenggol bajaj di jalan raya
2. Mati jantungan karena diteriakin sopir angkot secara tiba-tiba
3. Mati komplikasi karena tiap hari stres marah-marah mulu karena kejebak macet
4. Mati dirampok saat sedang menjaga loket karcis di stasiun
5. Mati dijarah di mobil sendiri karena status yang disandang, misal: status sebagai polisi
6. Mati hangus kebakar di rumah sendiri karena kompor tetangga meledak, secara rumah di Jakarta saling menempel dengan sangat rapat
7. Mati kesetrum karena ngga nyadar berdiri deket tiang listrik
8. Mati TBC karena tertular dari tukang parkir
9. Mati komplikasi karena tertular berbagai macam penyakit, secara orang-orang di Jakarta kebanyakan suka buang ingus dan buang ludah sembarangan di jalan raya
10. Dan lain-lain (tambahin coba kalo bisa, masih banyak bangeeeeet!)

Selain itu, seharusnya yang tinggal disini HANYA orang-orang yang benar-benar beriman pada Tuhannya dan benar-benar tahu perbedaan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Kalau nggak, orang itu akan mudah sekali galau dan mudah sekali tergoda untuk bunuh diri. Anak-anak, sebaiknya jangan dibiarkan tinggal disini. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa kebanyakan anak-anak yang tinggal di Jakarta sangat fasih menyebut kata-kata mon*et, an*ing, t*i, n**pet, b*ngs*t, dan lain-lain, meniru kata-kata tukang parkir, sopir angkot, atau bahkan kata-kata orang tuanya sendiri. Dan banyak pula bukti yang menunjukkan bahwa pornografi sangat mudah merasuki anak-anak usia dini di kota ini. Nggak jauh-jauh deh, saya ambil bukti dari teman-teman sebaya saya. Waktu saya masih sekolah, sudah berapa kali ya saya mendengar, "Ka, udah tahu belum, si fulan nikah sama si anu, MBA (married by accident?" Uh, merinding saya mengetiknya. Tapi itu memang benar terjadi. Saking seringnya, sampai lupa sudah berapa orang yang seperti itu. Nggak cuma pornografi, narkoba pun menyebar luas di kota ini. Lagi-lagi aku ngambil bukti dari pengalaman pribadi deh. Di sekolahku pernah ditemukan serbuk obat terlarang, tepatnya di kamar mandi. Bahkan teman sekelasku pun ada beberapa orang yang terjerat narkoba. Nggak tau deh sekarang masih pada hidup apa nggak. Di dekat rumahku juga, katanya, sering menjadi tempat transaksi obat-obatan terlarang. Kalau mengingat ini, aku beruntung sekali karena males banget main keluar dan memilih menjadi anak yang kuper waktu SD dulu.
Hal ini menjadikan orang tua bekerja ekstra untuk melindungi anak-anaknya. Lengah sedikit, hilanglah sudah itu anak, baik raganya maupun masa depannya.
Tapi bukan berarti aku menganggap daerah terpencil itu aman lho ya. Jangan salah. Di Pati, tempat nenek, om, tante, dan sepupuku tinggal, yang notabene kota kecil, eh salah, desa kecil, anak-anaknya lebih parah lagi. Memang kata-kata yang mereka gunakan dapat dibilang sopan, tapi itu tak menjamin bahwa di bidang lain, selain kata-kata, mereka baik. Adik sepupuku yang masih kelas 4 SD, bayangkan, kelas 4 SD, sudah terjerat narkoba. Mungkin karena faktor keluarga (broken home) dan teman-teman. Tapi entahlah, aku tak begitu mengenalnya. Cerita lainnya, temannya adik sepupuku yang lain, tangannya buntung karena dibacok oleh perampok saat ia mengendarai motor sepulang sekolah. Sering pula terjadi perceraian disana, yang mengindikasikan bahwa banyak anak yang kekurangan kasih sayang dan bisa ditebak kelanjutannya: menjadi pembuat onar. Kalau begini, daerah terpencil pun sama bahayanya dengan Jakarta.
Pokoknya, kalau nanti punya anak, usahakan agar si anak tinggal di tempat yang benar-benar terjaga untuk tumbuh kembangnya. Yah, kalau sudah tidak ada tempat yang aman lagi di dunia ini, mencontek kata Squidward deh, "setidaknya aku masih aman di dalam pikiranku."
Yang jelas, I HATE THIS CITY!

Monday, July 18, 2011

Kasih Sayang yang Tanpa Ekspresi

Kalau kebanyakan orang ketika masih kecil sangat menggemaskan hingga selalu digendong oleh orang tuanya, maka aku tidak. Sejak umur dua tahun lebih aku sudah tidak pernah lagi digendong. Bahkan pembantuku saja tidak mau menggendongku. Aku hanya digandeng, berjalan kaki. Itu saja, tidak lebih.
Kalau kebanyakan orang diantar oleh ibunya di hari pertamanya masuk sekolah, maka aku tidak. Yang mengantarku ke sekolah di hari pertamaku bersekolah adalah kak Imah, pembantuku. Itu pun perhatiannya terbagi antara mengawasiku dengan menidurkan Dwi yang ada di gendongannya. Dimana ibuku? Bekerja.
Kalau kebanyakan orang setiap pulang sekolah selalu ditanyai tentang apa saja yang terjadi di sekolah, maka aku tidak. Di malam hari, satu-satunya waktu dimana aku, ayah dan ibu berkumpul, ayah dan ibu sibuk berbincang mengenai segala hal yang terjadi di kantor, sedangkan aku menonton TV di antara mereka.
Bahkan tiap kali hari pengambilan rapot tiba, selalu saja hampir tidak ada yang mau mengambil rapotku. Ibu selalu berkata, "bapak aja yang ngambil rapot ya." Lantas ayah berkata sebaliknya. Namun aku bersyukur, pada akhirnya selalu ada yang mengambil rapotku: ibu. Walaupun kedatangannya ke sekolah selalu terlambat. Ia tak pernah begitu antusias mengambil rapotku. Bahkan ketika aku diterima di SMA favorit, dia sama sekali tak bersemangat. Yang mengurus segalanya hanya aku dan ayah. Sejujurnya aku iri saat tahu betapa antusiasnya ia mengurus kepentingan adikku untuk masuk SMA yang sama denganku beberapa waktu lalu.
Masalah uang jajan, aku nggak pernah minta macam-macam walaupun uang jajanku waktu SMP dan SMA jauh di bawah uang jajan rata-rata teman-temanku. Aku inget banget waktu SMP mau main ke bioskop cuma dikasih uang 20.000. Itu cuma bisa buat beli tiket sama ongkos. Tapi aku ngga minta lebih. Udah syukur dikasih. Untung aku ini anak yang cukup rajin menabung. Jadi bisa menambal uang 20.000 itu.
Aku nggak pernah protes. Bahkan di belakang mereka pun aku tak pernah berpikir macam-macam. Padahal, Dwi, yang menurutku sangat dimanja oleh ibu dan ayahku, pernah bilang gini, "seharusnya ibu nggak kerja. Di sekolah kan diajarinnya ayah pergi ke kantor dan ibu pergi ke pasar." Aku cukup terkejut dia ngomong gitu. Menurutku, perlakuan ayah dan ibu ke dia sangat baik, lebih dari aku. Dia masih digendong dan dipeluk-peluk bahkan saat ia sudah berumur empat tahun lebih. Ibu selalu bersemangat mengurus sekolahnya. Ayah juga selalu memberikan apa yang ia minta.
Sekarang aku kuliah di luar kota. Teman-temanku, di hari pertamanya merantau, ada keluarga yang menemani. Imel, ibunya yang nemenin. Wulan, ibunya juga yang nemenin. Hemas, yang nemeninnya rame: ayah, ibu dan ketiga adiknya. Nisa lebih rame lagi: ibu, ayah, tante, nenek. Aku? Aku sendirian di hari pertama itu. Padahal semua orang tahu kalau aku sendirian dari SMA-ku, nggak punya temen, nggak punya sodara. Awalnya aku baik-baik saja. Tapi sorenya, saat Imel dan Wulan beserta ibu mereka mengajakku berbelanja, menyadari bahwa hanya aku sendiri yang tak punya ibu, barulah aku menangis dalam hati.
Sekali-sekalinya aku dijenguk keluarga adalah saat aku masuk rumah sakit semester 2 dulu. Saat itu mungkin ibu takut aku mati makanya nyusul ke jogja. Itupun nggak lama. Beberapa jam saja setelah aku keluar dari rumah sakit, ibu langsung pulang lagi ke Jakarta. Sampai sekarang, ibu nggak pernah datang lagi. Sekarang aku udah pindah kos. Ibu nggak tau dan sepertinya nggak mau tau aku tinggal dimana sekarang. Jenguk pun nggak pernah. Mirisnya, di kos itu cuma aku satu-satunya penghuni yang nggak pernah dijenguk keluarga. Penghuni lain semuanya pernah dijenguk. Hal ini terkadang membuatku berpikir gila untuk menyakiti diriku sendiri sampai masuk rumah sakit supaya ada yang menjengukku.
Bukannya iri, oke, mungkin aku iri, pacar aku, yang notabene cowok aja, ayah dan ibunya bergantian menjenguknya beberapa kali. Saat pindahan kos, ayahnya datang membantu. Aku? Untung aja aku punya teman-teman yang baik yang mau membantu. Kalo nggak, yah, mungkin aku sudah bawa-bawa barang sendiri dan badanku tambah kecil.
Nggak cuma masalah kos-kosan, tapi masalah di stasiun juga. Kalau Lea selalu diantar ibu dan adiknya, Elsa selalu diantar ayahnya, maka aku hanya diantar bapak sesekali. Beberapa kali aku harus ke stasiun naik ojek dari rumah, nggak ada yang nganter. Bahkan pernah aku diturunin di jalan sama bapak karena macet di dekat stasiun. Kalau bapak dan ibu waktunya lagi longgar, ibu selalu males nganter aku. Selalu bapak. Dan itu pun nggak pernah sampai tuntas. Bapak selalu udah menghilang sebelum keretanya jalan, nggak kayak ibunya Lea yang masih melambaikan tangan sampai kereta itu menghilang dari pandangannya. Aku ingat Lea nanya, "lho, bapak kamu mana?" saat ibunya masih melambaikan tangan dan kereta mulai berjalan. Pernah sekali ibuku mengantar, bareng ayah juga. Tapi sama aja, nggak tuntas.
Aku nggak pernah berpikir mereka nggak sayang sama aku. Tentu saja mereka sayang. Cuma mungkin penyampaiannya ngga seperti kebanyakan orang. Dan sekarang aku seharusnya sudah terbiasa dengan jenis kasih sayang yang tanpa ekspresi ini. Tidak seharusnya aku iri sama orang lain dan tidak seharusnya pula aku mengharap mendapat jenis kasih sayang penuh ekspresi yang biasa orang lain dapatkan. Nggak boleh kekanak-kanakan. Lantas mengapa sekarang aku menangis?

Friday, July 15, 2011

Tetap Berpikir Positif :)

Huaaah, nggak nyangka semester empat telah berakhir! Berarti, sebentar lagi aku akan memasuki tahun ketiga di farmasi. Adikku jadi semakin banyak. Dulu, pas SD aku suka banget menghitung sudah berapa kelas yang ada di bawahku. Sekarang, kalau dihitung-hitung, dari TK sampe kuliah, adik kelasku sudah ada 15 kelas! Banyak amat yak. Nggak usah diitung lagi deh. Hahaha.


Soal nilai... Semester ini alhamdulillah nilai A nya banyak bangeeet :) Padahal mata kuliahnya geje semua gitu. Aku aja nggak nyangka banget nilainya A. Alhamdulillah.

Ajaibnya lagi, di mata kuliah yang paling susah (Kimia Medisinal) aku dapat B. Aku nggak nyangka bisa dapat nilai setinggi itu. Mungkin karena ini...
***
11 Juli 2011
Niken : Aku mau daftar remed kimed ah.
Aku : Emang udah pasti remed?
Niken : Kayaknya aku remed deh
Aku : Eh nggak boleh pesimis.
Niken : ...
Aku : UTS-nya kan lumayan bisa.
Niken : Iya sih
Aku : Kuis yang waktu itu juga gampang
Niken : Tapi geje ah kuisnya.
Aku : Eeeh, tapi itu lumayan membantu sih kalo aku bilang.
Niken : Iya juga sih.
***
Dan akhirnya aku dan Niken nggak remed. Awalnya aku emang sempet nggak yakin bisa lolos. Tapi aku nggak pernah diajarin untuk berprasangka buruk sama ketentuan Allah. Jadi aku usahakan untuk berpikiran positif. Aku udah belajar keras kemarin. Allah yang paling tau bagaimana usahaku dan nilai apa yang pantas untukku. Dan hasilnya, aku dan Niken nggak perlu ikut remeeeed. Yeeei :D

Intinya, jangan pernah berpikir Allah akan memberimu nilai jelek kalau kamu udah berusaha. Ngomong-ngomong soal berusaha, aku jadi inget ceritanya Azizah...
***
Tiga orang murid bertanya pada ustadznya, "Ustadz, ikhtiar itu apa sih?"
Si ustadz menjawab, "kalau kamu mau tau artinya ikhtiar, ayo kita lari sejauh yang kita bisa."
Mereka berempat pun berlari. Baru 100 meter, satu orang murid berhenti kelelahan. Dia duduk dan ngos-ngosan. Sementara itu, si ustadz dan dua murid lainnya terus berlari. Lalu, setelah jarak tempuh mencapai 500 meter, satu murid lagi berhenti kelelahan. Ia juga duduk dan sibuk mencari udara untuk bernapas. Satu murid yang tersisa terus berlari bersama si ustadz.
Setelah jarak tempuh mencapai 1 km, murid terakhir ini pun berhenti kecapaian. Namun si ustadz terus berlari. Teruuus, terus, hingga akhirnya ia berhenti dengan mata tertutup dan tubuh lunglai, pingsan.
Dibawalah si ustadz ke rumah sakit oleh ketiga muridnya. Begitu siuman, si ustadz berkata pada ketiga muridnya, "inilah yang dinamakan ikhtiar. Dilakukan terus menerus sampai benar-benar tidak bisa lagi."
***
Ada satu cerita lagi. Nilai-nilaiku mulai meningkat sejak aku mendengar kata-kata pak Satibi waktu itu. Begini ceritanya...
***
Karena beliau dosen pembimbingku, aku rutin mendatanginya setiap semester untuk memintanya menandatangani KRS-ku, begitu pula semester dua ini. Saat aku meminta tanda tangannya untuk KRS-ku, beliau melihat KHS-ku lantas berkata, "IP-mu ini masih di bawah standar anak farmasi. Anak farmasi itu IP-nya minimal 3,1."
OH MY GOD. Apa katanya? Di bawah standar? Aku yang SD dan SMP selalu masuk sepuluh besar ini dibilang di bawah standar? Aku benar-benar "tersentuh hatinya" saat itu. Tapi untungnya aku bukan tipikal orang yang akan sakit hati mendengar kata-kata kejam seperti itu. Justru terkadang aku membutuhkan kata-kata kejam seperti itu agar aku bersemangat. Karena setiap mendapatkan kata-kata kejam seperti itu, aku selalu punya semangat baru untuk membuktikan bahwa yang dikatakan oleh orang itu adalah salah, bukannya malah sakit hati dan menyimpan dendam. Hasilnya, sejak semester 3 kemarin IP-ku membaik. Pak Satibi senyum-senyum girang melihat nilaiku. Untung aku mendapat dosen pembimbing seperti beliau yaa :)
***
Tapi berpikir positif aja nggak cukup. Harus dibarengi dengan usaha. Buktinya, nilai toksikologi-ku C walaupun aku udah berpikir positif sama ketetapan Allah T.T
Ya itu karena ada materi yang belum aku baca sebelum ujian dan ternyata soal ujiannya kebanyakan berasal dari materi yang nggak aku baca itu. Ya wajar aja aku dikasih C, orang emang belum semuanya aku kuasai. Menyedihkan. Tapi nggak papalah, biar mengerti toksikologi lebih dalam lagi. Tetap berpikir positif :)

Sunday, July 3, 2011

Buat Si Akbar :D

yang, aku sedih baca blog kamu. bukannya sedih karna tulisan di blog kamu, tapi sedih karna kamu ternyata mudah sekali menyerah, bahkan sebelum melakukan usaha apapun.
bukannya aku sombong apa gimana, tapi aku mau share sedikit pengalamanku ke kamu. semoga bisa menyemangati :)

dulu, pas tes masuk SMP negeri, kamu tau aku pilih apa? SMP 216, SMP 01 dan SMP 8. ngga satupun dari ketiganya nerima aku. aku benar2 sedih waktu itu, syok. temen SD-ku ada yg masuk SMP 8, padahal dia suka nyontek sama aku. sejak itu, aku bertekad untuk masuk SMA negeri, terserah mau sejelek apa SMA nya, pokoknya aku harus buktikan pada dunia kalo aku bisa masuk SMA negeri. alhasil, kamu tau kan gimana freak nya aku waktu SMA? di otakku ngga ada yang lain selain belajar. dan aku ngga pernah sekalipun keluar dari ranking lima besar di kelas. tetep, tujuanku satu: masuk SMA negeri. sejak kelas satu, teruuuus sampe kelas 3. pas kelas 3, aku benar2 cari info selengkap-lengkap nya soal SMA negeri. belajar terus menerus sambil berdoa, sampe aku sakit2an. ibuku kasiaaan banget liat aku. aku bener2 jarang main, paling ya seminggu sekali dan itu cuma beberapa jam, sama retno palingan itu juga. lalu apa yang terjadi? aku berhasil mendapatkan apa yang aku mau. ngga cuma "SMA negeri", tapi "SMA negeri unggulan". Allah emang yang paling tau apa yang pantas untuk kita, sesuai usaha kita.

Allah tetap mengerti, bahkan tanpa menghitung waktu yang!

setelah masuk SMA, mungkin karena terlalu senang, aku jadi malas2an belajar. seperti yang aku bilang, 3 tahun di SMA, ngga pernah aku masuk sepuluh besar, satu kali pun ngga pernah. guru2 ngga ada satupun yang inget sama aku. sampe akhirnya pas kelas 3, aku sadar kalo aku harus masuk universitas negeri yang murah. soalnya orang tuaku bukan orang kaya. mereka nabung bertahun-tahun untuk biaya kuliahku. dan aku pun kuliah diirit-irit karna biaya nya dibagi dua sama adikku yang tiga tahun lagi kuliah juga.

apa yang aku lakukan? diam di tempat? oh nggaaak. aku didaftarin bimbel sama bapakku. bimbel itu yang paling murah sih sepengetahuanku. tapi aku optimis, mahal murahnya bimbel ngga akan berpengaruh sama kesuksesan. aku maksimalin bimbel itu. aku juga manfaatin itu bimbel buat cari2 info selengkap2nya tentang passing grade tiap jurusan dan segala macamnya. soalnya percuma kita belajar giat kalo ngga ngerti jalur dan ngga nyusun taktik. begitu terus. aku baru milih jurusan farmasi itu januari, sementara tesnya april. dan aku baru siap 30% saat itu. tapi aku terus cicil sampe akhir. teruuuus aja tiap hari. ngga pernah nyerah. semua orang mendukung. pernah sekali bapak meragukan aku. bilang gini, "kamu bisa? saingannya banyak lho. hati-hati." dan aku jawab dengan yakin, "untuk hal-hal penting kayak gini, aku akan perjuangkan sampai dapat." semuanya penuh rasa optimis. dan apa yang aku dapat? FAKULTAS FARMASI UGM. bukan cuma universitas negeri, tapi fakultas farmasi yang terbaik se-Indonesia yang! subhanallah.

jadi intinya, ngga ada kata "menyerah" dan "pasrah". kata "pasrah" itu hanya ada setelah kamu berusaha yang. nah, kalo kata "menyerah" itu baru dikeluarkannya setelah kamu benar2 udah sekarat tak sadarkan diri di rumah sakit gara2 kecapean berusaha yang. dengan kata lain, kata "menyerah" itu ngga boleh dikeluarkan yang! jawaban untuk pertanyaan "where do i start?" itu adalah memantapkan niat dan mohon petunjuk sama Allah. dan jangan menyerah. kalo kamu mau dapat beasiswa ke luar negeri, ya kamu harus usahakan. kamu pikir, begadang semalaman ngerjain tugas selama berbulan2 itu udah usaha keras? hello, semua orang di jurusan komputerisasi akuntansi telkom juga melakukannya mas. kalo mau lebih, ya usahanya harus lebih dari orang2. harus pake taktik yang. aku tahu kok, aku ini ngga tau sedikitpun gimana susahnya kamu disana, tapi yang aku tau, dalam persaingan, kita harus selalu lebih dari orang lain. pake taktik yang.

udah deh segitu aja, aku rasa cukup. hehe. aku bukan menggurui lho yang. aku cuma mau kasih semangat aja buat kamu. semangat! :)

Wednesday, March 9, 2011

4 Maret 2010


Wah, udah lama nih, nggak ngisi diary. Abis, aku bahkan merasa nggak punya waktu. Bahkan waktu istirahat pun minim. Ckck.

Pagi ini dimulai dengan asistensi. Asistensi Praktikum Fisiologi Tumbuhan jam 8 dan aku baru memutuskan untuk mandi jam 7. Pas buka pintu, eh pintu kamar mandi tertutup dan di depannya ada sepasang sandal jepit hitam. Tandanya di dalam kamar mandi ada Hemas. Jangan coba-coba ngantri deh kalo dia yang ada di kamar mandi. Bisa-bisa nggak ngampus aku. Akhirnya aku mandi di kamar mandi bawah. Untung kamar mandinya lagi kosong, nggak ada yang mandi. Tapi airnya... beh, buteg banget. Abis dipake berendem apa ya, airnya putih semua kena sabun gitu. Jadilah aku mandi “ambil-guyur-ambil-guyur”, maksudnya, ambil satu gayung dari keran, terus guyur, ambil lagi, guyur lagi. Kelamaan nunggu kerannya deh akhirnya. Hrrrh.

Pas sebelum mandi, karena yakin banget aku bakal telat dengan kondisi seperti ini, aku SMS Ani, minta cariin tempat buat aku biar duduk di samping dia. Maklum, kelas baru. Jangan sampe garing sendirian karena belom kenal sama temen yang duduk sebelahan. Jadi mendingan duduk di sebelah orang yang udah dikenal aja. Hehe.

Kalo di Jakarta ibu bilang aku mandinya kayak ratu, disini ternyata ada yang lebih parah dari aku. Pas aku udah selesai mandi dan naik ke atas, pintu kamar mandi masih tertutup dan di depannya masih ada sepasang sandal jepit berwarna hitam, tandanya Hemas masih di kamar mandi. Pas aku sampai di kamar, lihat jam di HP, ternyata aku mandinya 20 menit. Bukankah 20 menit itu sudah tergolong lama? Dan si Hemas mandi sebelum aku mandi, dan belum selesai juga sampai aku sudah selesai mandi! Wew!

Keluar kos jam 8 kurang 15. Isi bensin. Berhubung yang di deket Mirota suka tutup, sedangkan bensinku udah di bawah huruf E, aku putuskan untuk mengisi bensin di Jakal saja. Agak jauh memang, tapi ya udahlah, cari yang udah pasti buka aja deh.

Sampe di pom bensin, motor-motor udah pada ngantri aja rame banget. Aku pun ikut mengantri. Tik tok tik tok tik tok. 5 menitan kemudian, si tukang isi bensinnya bilang, “maaf, habis!” Wah, aku kurang pagi nih berarti datengnya. Ckck. Tanpa berpikir panjang, mengingat bensinku yang sudah di bawah E, artinya “si cantik” BENAR-BENAR butuh makan, aku isi pake pertamax. Di barisan pertamax nggak ada yang ngantri, jadi cepat.

“Berapa, Mbak?” masnya nanya.

“Full.”

“Oke.”

“Eh, 2 liter aja deh,” ralatku.

“Oke.”

Mikir lagi. Emang kalo ngisinya dikit nanti bakalan sempet ngisi lagi? Kalo aku sibuk dan nggak sempet ngisi gimana? Akhirnya...

“Full aja deh, Mas.”

“Jadi full apa 2 liter nih?” masnya bete.

“Full.”

Dan keluarlah itu uang 25 ribu. Padahal biasanya aku isi bensin full nggak nyampe 20 ribu. Uangkuuu... hiks.

Ke kampus. Kirain bakal telat. Ternyata jamku baru 07.58 WIB. Aman. Haha.

Masuk kelas. Si Ani belum datang. Kebalik deh jadinya, aku yang cariin dia tempat, di sebelahku. Aku duduk di sebelah Niken. 8.15, pak Joko, si dosen pun datang. Dimulailah itu asistensi sampe jam 9.

Jam 9 teng. Kuliah Toksikologi. Sebenernya ini mata kuliah semester 6. Tapi berhubung punya kesempatan untuk ngambil di semester ini, ya ambil aja, ngapain buang-buang waktu. Biar semester 6 udah bisa skripsi juga.

Kuliah di ruang 3. Kakak-kakak semester 6 yang juga ikut mata kuliah ini udah kuliah sejak jam 7. Jadi, otomatis kebanyakan tempat duduk sudah menjadi “milik” mereka. Dan kami, yang baru masuk jam 9, duduk di bangku-bangku sisa, yaitu bangku deret pertama, paling depan, oke banget ya.

Kuliah pun dimulai. HP aku taruh di atas meja. Soalnya, hari ini mau ngurus PKMP lagi sama mbak Dian. Takut kalau mbak Dian SMS, daripada nggak kebaca. Selain itu, yang lebih penting, aku nungguin SMS dari seseorang. Tapi nggak dateng juga tuh SMS sampai akhir kuliah. Eh, belakangan aku tau kalo dia lagi nggak punya pulsa. Hiks hiks.

Kuliah pak Arief Nurrochmad ini asik, tapi catatannya banyak banget. -_____-“

Kuliah pun usai, jam 10.40. Mbak Dian ngajak ke Fakultas Kedokteran Hewan ngambil biakan Streptococcus mutans buat uji antimikroba eugenol. Eugenol itu salah satu minyak atsiri yang berasal dari cengkeh. Tapi aku bilang mau makan dulu. Ya iyalah, keroncongan ini di dalem gara-gara belom diisi dari pagi. Terus, mbak Dian bilang, nanti aja ngambilnya jam 1. Jam 11 lagi jamnya istirahat. Sip lah. Pas aku di kantin, mbak Dian lagi makan juga sama teman-temannya. Mbak Dian mau makan di kantin juga ternyata. Hehe.

Selesai makan, krik krik... ngapain ya. Akhirnya pergilah aku ke Mirota Kampus buat beli tisu, serbet, aluminum foil, dan box buat keperluan PKMP. Untung motor udah aku keluarin tadi begitu keluar dari kelas. Soalnya jam 11 pintu gerbang kampus dikunci, pada siap-siap sholat Jum’at satpamnya, baru dibuka lagi jam 1. Jadi selama itu nggak bisa keluar. Makanya, tadi aku ngeluarin motor dulu.

Jam 12.15 udah sampe kos. Udah selesai belanja. Antreannya panjang banget tadi di Mirota. Jadi lama. Zzz. Di kos cuma sempat sholat Zuhur dan tidur-tiduran 15 menitan, terus balik kampus lagi, mau ke KH (Kedokteran Hewan) sama mbak Dian.

Mbak Dian lagi di laboratorium Penelitian di Unit 2. Aku parkir di depan unit 2 buat jemput mbak Dian. Terus, kita keluar dari Farmasi. Di pintu gerbang ada insiden.

Motorku “si cantik”, yang diatasnya ada aku dan mbak Dian, berjalan di belakang sebuah mobil, yang aku lupa nomor polisinya. Kalo inget aku sebuutin disini deh. Hrrh. Persis pas baruuu aja keluar gerbang, itu mobil berhenti. Aku yang jalan di belakangnya pun berhenti. Eh tiba-tiba dia mundur. Aku nggak sempet bergerak. Mana mbak Dian berat, aku nggak kuat dorong ke belakang. Ringsek lah itu bagian depan dari motorku. Untung cuma yang di dekat roda sih, nggak sampe kena lampu segala. Parahnya, si pengemudi mobil yang nabrak motorku tuh cuma ngeliatin aja dari kaca spion, nggak turun, atau basa-basi bilang maaf atau apa gitu. Tapi ya udahlah. Aku sedang baik hari ini. Imannya sedang bagus. Allah tau kok, apa balasan yang pantas buat orang itu. Hoho.

Sampailah aku dan mbak Dian di KH. Di sepanjang jalan dari parkiran ke lab mikrobiologi, kami melewati kandang hewan-hewan. Ada ayam, burung, sapi, dan yang paling bau: kandang kambing. Iyuh.

Singkat cerita Streptococcus mutans nya udah di tangan kami. Kami pun kembali ke farmasi untuk nnyimpen tuh bakteri di kulkas. Terus, abis itu kami diskusi sebentar tentang apa aja yang akan kami kerjakan hari Senin nanti (mbak Bekti ikut diskusi; sedangkan Deni lagi kuliah, nggak ikut diskusi), terus pulang deh. Lelah ~,~