BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS
Whenever you knock me down, i will not stay on the ground (Justin Bieber-Never Say Never)

Friday, August 19, 2011

Dear Ega,

Langsung ke topik aja ya Ega...

Kamu tahu, pas terakhir kita ketemu dan tahu kamu merokok, hatiku hancur rasanya (halah, lebay). Tapi beneran, aku sedih lho. Bukannya aku malu kamu merokok pas kita lagi ketemuan. Demi apapun, aku nggak pernah malu menerima apa adanya sahabatku. Yang membuatku sedih adalah bahwa aku ini anak Farmasi yang tahu banyak tentang rokok, tapi sahabatku sendiri merokok. Dan satu lagi yang membuatku sedih, yaitu aku ngga bisa ngomong langsung soal ini ke kamu waktu itu karena ngga mau kamu sakit hati atau salah paham dengan maksudku. :(

Aku tahu hidup kamu berat (ya sebenernya aku nggak pernah merasakan hidupmu sih), tapi di dunia ini masih ada banyak banget jalan selain rokok Ga. Misalnya, ketika masalah datang, ambil air wudhu, shalat, baca qur'an. Atau yang paling gampang deh, kalo lagi ada masalah, tidur aja, atau baca komik, atau nonton film. Aku nggak mau sahabat aku sendiri mati pelan-pelan digerogoti rokok. Tau nggak, salah satu akibat merokok tuh mandul lho Ga! Emangnya kamu mau nggak punya anak nanti? Selain mandul, rokok juga bisa bikin sakit paru-paru. Aku pernah lihat paru-paru orang yang suka merokok, lihat di fakultas Kedokteran. Paru-parunya mengecil lho! ngeri banget. Ckck. Emangnya kamu mau orang-orang repot gara-gara kamu sakit nanti? Nggak kan. Belum lagi uang yang harus dikeluarkan. Ya aku tau sih kamu nggak bermasalah soal uang. Tapi kalo diitung-itung nih ya. Kalo sehari kamu beli rokok 13 ribu, berarti sebulan bisa 390 ribu ya? Dan itu nggak berbekas. Puntung rokok selalu dibuang kan? Bukannya uang segitu lebih baik ditabung buat masa depan atau buat beli komik, atau buat beli buku, atau buat apalah yang lebih penting daripada rokok.

Aku yakin kok kamu bisa berhenti merokok. Soalnya ada bukti nyatanya. Bapak aku dulu perokok lho, sejak muda. Baru pas aku SD dia berhenti. Dan berhasil. Sampe sekarang dia nggak pernah merokok lagi tuh. Ya seperti yang kita udah tau, kalo ada niat, pasti ada jalan. Tinggal kamunya aja, mau apa nggak.

Mungkin setelah membaca tulisan ini kamu akan menganggapku sok tahu atau apa. Ya, aku akui aku emang nggak pernah tahu gimana rasanya ditinggal sama salah satu anggota keluarga. Aku juga nggak pernah mengalami apa-apa yang kamu udah alami selama hidup. Mohon maaf juga kalo kamu pikir aku ikut campur urusan kamu. Aku juga nggak bermaksud mendikte atau mengendalikan hidup kamu. Tapi yang aku tahu, aku nggak bisa membiarkan sahabat yang aku sayangi mati perlahan-lahan karena rokok tanpa memperingatkannya sama sekali. Dan tentu saja keputusan ada di tangan kamu. Kamu berhenti merokok atau nggak aku tetep sahabat kamu kok :)

Semoga kamu mempertimbangkan isinya, buat orang-orang yang sayang sama kamu, buat keluarga kamu, buat aku dan Retno juga.

With love, Ika :)

Monday, August 1, 2011

TARAWIH

Berbeda dengan hari kemarin, hari ini aku tarawih di masjid Pusintel TNI, Berlan. Masjid ini jauh lebih nyaman berkali-kali lipat dibandingkan dengan masjid tempat aku tarawih kemarin, yaitu masjid Al-Mabrur. Pertama, masjid ini berupa ruang tertutup dan full AC. Jadi, suara dari luar nggak akan bisa terdengar dari dalam masjid. Beda banget sama Al-Mabrur yang pintu masjidnya selalu terbuka. Terus di depannya banyak anak-anak main petasan. Di dalemnya para jamaah masing-masing buka mulut dan ngobrol, baik yang penting maupun nggak penting. Al-Mabrur berisik banget. Kedua, masjid ini mungil. Jamaah yang datang pun nggak sebanyak di Al-Mabrur. Dan yang membuat aku salut adalah, para jamaah saling bersalaman saat baru masuk dan saat akan keluar masjid. Aku jadi merasa hangat disana. Subhanallah. Beda banget sama di Al-Mabrur. Karna jamaahnya udah kebanyakan kali yah, jadinya datang dan pergi ya datang dan pergi aja, tanpa senyum, tanpa bersalaman. Ketiga, interior mesjid ini subhanallah bagus banget. Kubahnya di bagian dalamnya dilukis langit dan awan-awan. Lampunya lampu kristal yang terlihat mewah. Sajadahnya nggak bau. Suasana di dalam masjid harum. Wah, konsentrasi penuh banget deh shalat disana, nyaman. Beda banget sama Al-Mabrur yang jarang aku rasakan keindahan interiornya lantaran aku selalu nggak dapet tempat di dalam dan akhirnya selalu shalat di beranda masjid.

Tapi sebagus-bagusnya mesjid, ada kurangnya juga tetep. Ini berasal dari jamaahnya sih. Jamaahnya pada bawa sajadah yang selebar-lebar apaan tau. Aku bingung kenapa harus pake sajadah sebesar itu. Lebih dasar lagi, aku bingung kenapa harus menggelar sajadah milik pribadi. Padahal di mesjid itu sudah disediakan sajadah yang cukup untuk semua jamaah. Buat apa sih mereka pada bawa sajadah? Pamer, bagus-bagusan sajadah? Atau sajadah milik masjid bau? nggak ah, wangi kok. Aku sendiri sejujurnya juga bawa sajadah, tapi ngga aku keluarin, cukup pake sajadah masjid aja. Satu-satunya tujuan aku bawa sajadah adalah buat jaga-jaga kalau-kalau masjidnya penuh dan aku harus sholat di beranda masjid sehingga harus pake sajadah sendiri. Itu aja.

PKM? Nggak lagi deh, makasih

Aku sedang libur, tapi kayak nggak libur. Tiap hari aku dihantui SMS Ellsya soal PKMP. Ada aja pertanyaannya. Proposalnya udah dikirim apa belom lah. Yang bisa ikut workshop dari kelompokku siapa lah. Suruh konsultasi sama mbak Kiki lah. Padahal, sesuai kesepakatan, tanggal 30 Juli adalah hari terakhir ngurusin PKM dan selebihnya libur puasa. Yeah, mungkin aku kekanak-kanakan. Ini kan emang tanggung jawabku sebagai salah satu anggota Profetik: ikut PKM. Aku nggak seharusnya mengeluh.

Sempat terpikir olehku untuk mengundurkan diri dari PKMP kali ini. Tapi ya gimana, aku ketuanya sih. Masa ketuanya kabur? Anak buahnya gimana nanti?

Aku juga sempat berpikir untuk ngerjain PKMP ini seadanya aja, artinya, nggak usah serius-serius amat. Tapi aku berpikir lagi. Di kelompokku ini, ada adik angkatanku, Muhaya dan Wahyu. Kamu pikir apa tujuan mereka ikut PKMP? Tentu saja untuk mencari pengalaman melakukan penelitian. Kalo aku nggak serius, proposal PKMP kami nggak akan bisa lolos kualifikasi dan nggak akan didanai oleh Dikti untuk melakukan penelitian. Itu artinya aku mengorbankan adik angkatanku karena membuat mereka menjadi tidak mendapat pengalaman baru ikut penelitian. Oke, jadi intinya, untuk PKMP kali ini, aku akan kerjakan dengan serius, aku janji. Tapi ngerjainnya nanti, abis lebaran. Soalnya ada satu misi yang JAUH LEBIH PENTING yang mau aku kerjain selama Ramadhan ini.

Masalah lainnya adalah Hibah Penelitian. Ini lomba juga, sejenis PKMP. Tapi yang ini udah lolos dan udah dapat dana untuk penelitian. Penelitiannya pun sudah berjalan 10%. Nah, rencananya, teman-teman sekelompokku yang sangat bersemangat itu mau ngerjain penelitian Hibah ini nanti, pertengahan bulan Ramadhan. Sialan banget kan. Dia pikir beli tiket bisa pake daun apa?! Untuk masalah ini, sempat pula terpikir untuk mengundurkan diri. Tapi gimana ya, udah setengah jalan sih. Kalo aku mengundurkan diri, itu berarti tiap Dikti melakukan monitoring, kelompok Hibah ini nggak akan lengkap personilnya. Itu mengurangi nilai. Dan itu artinya aku mengorbankan teman-teman sekelompok Hibahku.

Well, aku benar-benar nggak boleh kekanak-kanakan. Aku mau berhenti, tapi nggak mau mengorbankan siapapun. Kalau ada orang yang aku korbankan, lebih baik aku nggak jadi berhenti dan melanjutkan saja sampai selesai.

Untuk ke depannya, aku nggak akan mau ikut PKM lagi. Toh pengalaman PKM ku juga udah banyak. PKM-GT dan PKMP ku udah pernah lolos dan didanai kok, masing-masing sekali. Dan itu menurut aku udah cukup sebagai pengalaman. Pengalaman kan nggak harus diulang-ulang. Itung-itung, kasih kesempatan lah ke yang lain. Aku ingin cari pengalaman di bidang lain, misal: menjadi guru privat di suatu lembaga bimbel. Aku juga nggak mau ikut Hibah Penelitian lagi ah. Kan udah pernah keterima tuh, udah cukup itu. Stop PKM, Hibah, dan sejenisnya! Cari ladang baru! Yeah!